Minggu, 02 Desember 2007

semacam idealisme..

 

haduh, mo bilang apa ya? ternyata dalam bekerja pun idealisme masih harus dipertahankan.

relakah yas melihat laut lagi-lagi harus menelan sekian besar jumlah bahan kimia dari limbah pembangkit listrik? tapi apa yas juga gak mau  kalo seluruh pelosok negeri ini bisa menikmati listrik seperti yang yas nikmati sekarang? lagian kenapa harus dibuang ke laut sih? yas jadi inget sebuah judul film dokumenter dari festival AgriMovie di IPB kemarin ini, Lautku adalah Tempat Sampahku...uhhh, nyesek gak sih? biar gimana juga yas empat taun lebih belajar tentang laut, ya meski masih gak terlalu fasih bicara ttg laut, tapi yas juga ngerasa kalo selama ini ada yang salah dengan penjagaan laut kita. salah satunya ya itu tadi, apa jadinya kalo lagi-lagi laut dijadikan "tempat sampah"?

di sisi lain, yas baru tau kalo saat ini Pemerintah sedang menjalankan Program Listrik 10.000 Megawatt untuk masyarakat Indonesia. waktu nyoba cari informasinya di Google, mostly of the results show only concers on FUND, not on the impact for the environment. kayaknya kok miris banget sih, padahal ada satu artikel yang menulis bahwa ada unit-unit pembangkit listrik baru yang akan dibangun di beberapa daerah pesisir (salah duanya adalah Teluk Naga di Banten dan Pelabuhanratu), tapi kok ulasan tentang dampak lingkungannya gak dibahas? apa mungkin yas kurang teliti nyarinya?

berdasarkan beberapa diskusi yg yas lakukan di kantor, saat ini memang topik limbah pembangkit sedang menghangat, terutama di kalangan kami orang laut (we often call ourselves like that) dan orang pertambangan. tanpa bermaksud menjelek-jelekkan afiliasi yas sendiri, yas mulai bisa ngeliat mana yang bener-bener orang lingkungan dan mana yang (mungkin) cuma pura-pura. hehe, kalo inget itu jadi pengen senyum2 sinis aja (sinis sm siapa???), ternyata ada yaaaa?

well, so far belum ada perkembangan lagi, tapi yang jelas pembicaraan ini harus menemukan solusi terbaiknya, terutama buat lingkungan. bukan hal yang mustahil kan kalo bisa menyeimbangkan antara kepentingan rakyat dan kepentingan lingkungan? toh keberadaan lingkungan kan juga untuk kepentingan manusia, dan rakyat jelas-jelas merupakan bagian dari manusia. yas hanya ingin menarik pelajaran, bahwa sesulit apapun kita mempertahankan idealisme, ya kita harus tetap bertahan. emang mau besok-besok (dan seterusnya) ngeliat laut kita jadi item semua tercemar limbah? yas pikir pemerintah juga harus lebih tegas, kalau pak SBY bisa melarang Menhut untuk berhenti mengeluarkan izin pembalakan, kenapa dia juga gak bisa melarang pembuangan limbah ke laut?? semoga beliau bisa lebih adil...

2 komentar:

Ahmad Irfan mengatakan...

Semua masalah ini memilki keterkaitan dengan segala bidang lainnya...bukan saja bidang lingkungan tapi ekonomi, politik, budaya...dll..memilki kaitan dengan idealisme...
jd klo sekedar ubah idealisme....dan beberapa aspek saja nggak cukup...
butuh revolusi Ketuhanan....kembali pada Hukum-hukum Allah tentang bagaiamana mengurus alam, negara, dan kehidupan....karena Ialah yang mengetahui mana yang baik dan buruk untuk manusia...rigth ???

rifi zahra mengatakan...

wah, sedih ya mbak yas, padahal laut kita seluas gaban beginih *hiks*