Kamis, 31 Desember 2009

how to simply-remember-my-favourite-things-then-i-don't-feel-so-bad

mungkin ada yang pernah dengar lirik lagu ini:

When the dog bites, when the bee stings,
when I'm feeling sad,
I simply remember my favorite things,
and then I don't feel so bad.

kalo belum yas kasitau deh...itu lirik lagunya My Favourite Things, salah satu sontrek film The Sound of Music, film musikal jadul tapi baguuuuussss banget! gak cuman bagus latar tempatnya tapi juga jalan ceritanya. lagu ini dinyanyikan Maria (tokoh utama, diperankan oleh
Julie Andrews, makasih koreksinya nda) setiap kali dia sedih, entah karena diomelin bos-nya (Kapten siapalah itu namanya) atau diisengin anak-anak sang Kapten yang emang tengil-tengil itu. bagi Maria, mengingat atau membayangkan hal-hal yang indah akan sangat membantu mengembalikan kegembiraannya. setelah nonton film itu, semangat Maria yang seperti itu jadi inspirasi buat yas. dan salah satu contohnya adalah hari ini.

emang ada apa hari ini? apakah yas sedang bersedih karena gus dur meninggal?

well, gus dur memang meninggal, dan kita boleh berduka cita atas hal itu. tapi bukan soal gus dur yang ingin yas bahas hari ini, biarlah saja itu jadi tugas stasiun televisi ataupun media massa lainnya, yas gak pengen ngambil lahan mereka *halahhh*

ini tentang pindah kost. yeah, sad but true. menghadapi kenyataan bahwa yas HARUS pindah kost ternyata bukan hal yang menyenangkan. yas gak pernah berencana pindah kost lagi sampai tiba masanya yas memang bener-bener harus pindah karena "ada yang
ngajakin yas tinggal bersama" *taelaaahhh, ngerti lah ya maksudnya, situ gak bego-bego amat kaaann? hihihi...* tapi fakta berkata lain: yas HARUS pindah kost karena kost yas sekarang SUDAH TERJUAL. ini rada gak enak sebenernya. para penghuni kost ini bukannya gak pernah denger ada desas-desus bahwa kost akan dibeli oleh suatu pihak *i hate to say this, but if you want to know, "pihak" here refers to the "Pemda Gorontalo". katanya kost ini mau dijadiin asrama mahasiswa Gorontalo*. tapi mengenai kepastian apakah kost ini jadi dijual atau tidak, kita sama-sekali gak tau. sampai akhirnya awal bulan desember ini, teteh yang jaga kost menyampaikan kabar menyebalkan itu: kost ini JADI DIJUAL, bahkan SUDAH DIBAYAR SETENGAH-NYA.

tetteeeeeeeeewwww!!!!

setelah jumpalitan nyari kost baru, akhirnya yas dan temen-temen menemukan tempat yang dirasa cukup layak. diantara semua penghuni kost ini, hanya yas yang jadi outlier, pindah ke tempat yang beda sendiri. temen-temen semuanya pindah ke tempat yang sama, ke salah satu rumah di komplek dosen IPB 2. sedangkan yas, yas milih pindah ke deket kampus. selain pertimbangan jarak, yas milih tempat itu karena ada temen sekelas yang sudah lebih dulu tinggal di sana. harapannya sih yas jadi punya temen untuk belajar bareng dan ngerjain
tugas, paling tidak ada yang mbangunin kalo yas ketiduran pas lagi belajar, hehehe...

apa yang tadi yas bilang bukan hal yang menyenangkan adalah karena begitu banyak hal yang akan yas tinggalkan. selain berpisah dengan temen-temen, yas juga akan berpisah dengan ummi, orang yang sangat yas hormati atas jasanya meringankan pekerjaan yas dan temen-temen. sosok renta itu setiap pagi *kecuali hari senin* datang ke kost, mengumpulkan baju-baju para penghuni untuk direndam dan dicuci, membersihkan ruang TV yang sering kita tinggalkan dalam keadaan berantakan sehabis bercengkrama malam-malam, mencuci semua perkakas dapur yang kadang tumpukannya bikin bergidik, menyetrika pakaian dari mulai gamis panjang hingga kaus kaki, dan kadang mengerjakan tugas tambahan yang sifatnya
insidental: mijit dan ngerokin kita-kita yang mendadak masuk angin, sampai masakin bubur saat ada yang sakit sementara penghuni lain sibuk sama urusannya masing-masing. mungkin gak sulit bagi yas (dan temen-temen, mungkin) untuk menemukan pengganti ummi *boleh diperjelas maksudnya: menemukan orang lain yang bisa mencucikan baju*. tapi tentunya karena ummi memang LEBIH dari sekedar pengurus rumah tangga. beliau adalah bagian dari keluarga besar kami, ibu semang *meskipun bukan pemilik kost* yang kesan akan dirinya gak mungkin bisa digantikan oleh siapapun.

dan itu baru dua hal.


hal yang tidak kalah tidak-menyenangkan adalah MENGEMASI BARANG. bagi yas, hal ini sungguh melelahkan. sampai hari ini sudah TIGA BELAS KARDUS yang terpakai untuk menampung semua barang-barang yas, terdiri dari berbagai ukuran tentunya. dan itu tidak berarti semua barang sudah masuk kardus *lemari kan gak perlu dikardusin lah yaaa...*. perkara memasukkan barang ke kardus sih yas rasa gak sulit, anak kecil juga gak bakal kesulitan kalo cuman disuruh melempar barang ke dalam kardus. yas pun gak perlu sampai mengeluarkan jurus free throw atau lay-up shoot untuk memasukkan buku, baju, dan pernak-pernik lainnya ke dalam kardus. tapi masalahnya....perkara MENYORTIR barang mana yang
akan dipertahankan dan dibuang *meminjam istilah dek mita: keep or throw* ternyata gak semudah mempraktikkan kedua jenis teknik shoot tersebut! masalah ini muncul lantaran kamar kost yas yang baru nanti tidak seluas kamar kost lama, kalo diitung-itung kasar *yeah, harus yas akui yas gak terlalu pinter mengestimasi besaran matematis*, luas kamar baru hanya setengahnya kamar lama. logika sederhananya, barang-barang yang masuk juga berarti HANYA SETENGAH dari keseluruhan barang di kamar yas sekarang. otomatis yas harus pikirin baik-baik, mana barang yang BENAR-BENAR diperlukan dan mana yang GAK PENTING untuk dimasukkan ke kamar baru. percaya atau tidak, hal ini SAMA SEKALI GAK MUDAH buat yas...*menghela napas...mikir yang berat-berat gini bikin yas laper*.

dan hari ini adalah hari terakhir yas di kost lama karena besok yas akan mulai pindah ke kost baru. yas merencanakan hari ini untuk konsentrasi penuh menyortir barang-barang yang akan yas angkut ke kost baru. sedih rasanya membayangkan harus berpisah *semoga sementara saja* dengan buku-buku bacaan yang seabrek itu. dikarenakan sempitnya kamar kost yang baru, yas gak mungkin membawa semua buku yas. hanya diktat-diktat kuliah yang yas utamakan untuk dibawa, sementara buku-buku lain dititipkan di mess papa di jakarta. kumpulan majalah NGI selama 2 tahun juga kayaknya mesti dideportasi ke jakarta demi
menghemat tempat. yas hari ini bener-bener harus bisa TEGA sama diri sendiri, dan itu ternyata GAK ENAK BANGET rasanya...

seperti juga Maria, kayaknya yas harus mulai membayangkan hal-hal yang menyenangkan sembari yas beres-beres dan menyortir semua barang yas. pengen tetep nyalain TV *biar ada bebunyian, jadi gak sepi-sepi amat* tapi kok isi siarannya banyakan berita duka, pengen minta tolong uli bantuin, tapi dia juga sibuk beberes kamarnya yang katanya udah gak kayak kamar manusia *trus kamar apaan dong li? kamar dementor??*

hmmm....ayo kita nyanyi-nyanyi aja lah kalau begituh :)


Raindrops on roses and whiskers on kittens,
bright copper kettles and warm wollen mittens,
brown paper packages tied up with strings,
these are a few of my favorite things.

Cream colored ponies and crisp apple strudels,
door bells and sleigh bells and schnitzel with noodles.
Wild geese that fly with the moon on their wings.
these are a few of my favorite things.

Girls in white dresses with blue satin sashes,
snowflakes that stay on my nose and eyelashes,
silver white winters that melt into springs,
these are a few of my favorite things.

When the dog bites, when the bee stings,
when I'm feeling sad,
I simply remember my favorite things,
and then I don't feel so bad.

SEMANGAT YAAAAAAAAAAAAAAASSS!!!^^




*salah satu hal menyenangkan bagi yas adalah bisa berkunjung lagi ke papua, apalagi kalo bisa ke tempat ini:

someday i will :)

*gambar dicomot dari sini

Jumat, 04 Desember 2009

Suatu Sore di Intramuros, Manila-Philippine


gerbang fort of santiago

Senang rasanya kalau bisa berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di kota, apalagi negara, lain. Begitu banyak hal yang bisa dipelajari. Alhamdulillah kali ini yas mendapat kesempatan untuk mengunjungi Intramuros, salah satu obyek wisata sejarah di Manila, Philipina. Sebagai gambaran umum, melihat Intramuros sepintas saja akan mengingatkan kita pada Kota Lama, Semarang.

Selain bangunan-bangunan kuno, daya tarik Intramuros adalah museum Jose Rizal, pahlawan sekaligus founding father-nya Philipina. Di museum ini dipajang karya tertulis dan memorabilia Jose Rizal sejak dia kecil, hingga saat-saat menjelang kematiannya (dihukum mati oleh Spanyol). Bagi yas sendiri, membaca dan merenungi karya Jose Rizal sejatinya membawa yas meresapi rasa nasionalisme yang begitu tinggi, seperti yang dimiliki oleh pahlawan-pahlawan Indonesia juga. Sekedar mengingatkan diri sendiri, bahwa nasionalisme butuh lebih dari sekedar kata-kata atau konsep belaka, nasionalisme butuh banyak pengorbanan, dan salah satunya adalah nyawa.