Sabtu, 17 Maret 2007

Al Gore dan ‘An Inconvenient Truth’

Inconvenient Truth

‘An Inconvenient Truth’ adalah sebuah film dokumenter tentang pemanasan
global yang dibintangi oleh Al Gore, mantan wakil presiden Amerika Serikat
pada era Bill Clinton. Film ini mencetak rekor pendapatan pada hari pertama
untuk sebuah film dokumenter dan merupakan film dokumenter terlaris ketiga
di Amerika Serikat setelah Fahrenheit 9/11 dan March of the Penguins.

Membosankan? Topik ilmiah seperti pemanasan global adalah topik yang
membosankan bagi kebanyakan orang, tetapi berbeda jika dibawakan oleh
seorang Al Gore. Al Gore mampu menyajikan topik ini dengan sangat baik
sehingga mudah dicerna oleh orang awam.

Dalam urusan pemanasan global, Amerika Serikat adalah negara yang
‘kontribusi’-nya paling banyak, tak kurang dari 25% produksi karbondioksida
dunia berasal dari Amerika Serikat. Salah satu penyebabnya adalah di sana
isu pemanasan global masih saja menjadi polemik, antara lain akibat
pemberitaan yang tidak berimbang di media massa serta lobi politis dari
pihak-pihak yang tidak pro lingkungan. Al Gore yang juga merangkap sebagai
salah satu direktur Apple Corporation dan penasihat Google ini dapat
menjelaskan dengan baik bahwa pemanasan global sedang terjadi dan hal
tersebut berbahaya bagi masa depan umat manusia.

Gore memberi contoh misalnya volume gletser yang menurun di berbagai tempat
di dunia, badai Katrina, rata-rata suhu yang panas di berbagai kota di
dunia, bencana kekeringan, penipisan es di Artik, serta luas daratan yang
berkurang jika es di Antartika atau Greenland mencair.

Dalam beberapa kesempatan, Gore juga menceritakan kehidupan pribadinya,
bagaimana hal-hal yang terjadi pada kehidupannya membuat beliau menjadi
seorang pejuang lingkungan. Pertama kali Gore mengetahui pemanasan global
adalah dari Roger Revelle, pengajarnya sewaktu kuliah dan salah satu orang
yang pertama kali mempelajari pemanasan global. Gore juga menceritakan rasa
frustasinya ketika menghadapi senat Amerika Serikat, sebelumnya dia yakin
jika kongres akan sama-sama terkejut jika mengetahui fakta pemanasan global,
tetapi kenyataannya tidak sama sekali. Dan setelah kekalahan tipisnya dari
George W. Bush pada pemilu Amerika Serikat, Gore memilih untuk pergi dari
kota ke kota untuk membicarakan isu lingkungan.

Ketidakberdayaan Amerika Serikat dalam menghadapi isu lingkungan juga
menjadi salah satu topik yang dibahas. Film dokumenter ini mengutip ucapan
Ronald Reagan, mantan presiden Amerika Serikat:

    A number of very reputable scientists have said that one factor of
pollution is oxygen nitrogen from decaying vegetation. This is what causes
the haze that gave the big smoking ???

Atau George Bush, juga mantan presiden Amerika Serikat dan ayah dari
presiden Amerika Serikat yang sekarang:

    This guy (Al Gore) is so far off the environmentalist extreme we’ll be
up to our neck in owls and out of work for every American.

Atau Jim Inhofe, salah satu senator Amerika Serikat:

    Global warming is the greatest hoax ever perpetrated on the American
people.

Setelah serangan 9/11, Amerika Serikat bersumpah bahwa tidak akan ada
serangan seperti itu lagi. Al Gore dengan baik memperagakan apa yang akan
terjadi seandainya es yang ada di Greenland atau Antartika mencair: bangunan
World Trade Center Memorial akan dikelilingi air.

Gore juga membantah miskonsepsi bahwa belum ada kesepakatan tentang
pemanasan global di antara para ilmuwan dengan mengutip penelitian
kontroversial Naomi Oreskes pada tahun 2004. Oreskes mencari jurnal ilmiah
dengan kata kunci ‘global climate change’ dan menemukan 928 jurnal. Dari
sejumlah jurnal tersebut sama sekali tidak ada yang berbeda pendapat dengan
pendapat mainstream tentang pemanasan global. Sebaliknya, pada penelitian
yang lain, dari 636 artikel tentang pemanasan global di media massa populer,
53% di antaranya berpendapat bahwa belum ada kesepakatan tentang pemanasan
global di kalangan ilmuwan.

Kemudian Gore juga memberitakan kasus Philip Cooney tahun 2003. Waktu itu
Cooney yang menjabat sebagai staff Gedung Putih tentang lingkungan menerima
memo dari EPA tentang pemanasan global. Bukannya memberitakan memo tersebut
apa adanya, dia memodifikasinya sehingga artinya berbeda. Insiden ini
kemudian diketahui oleh New York Times. Cooney kemudian mengundurkan diri
dan beberapa hari kemudian langsung bekerja untuk Exxon-Mobil.

Alasan klasik pemerintah Amerika Serikat dalam isu lingkungan adalah bahwa
memperhatikan lingkungan akan mempengaruhi perekonomian. Al Gore menanggapi
isu ini dengan menggunakan analogi bumi dan emas. Mana yang harus kita pilih
jika disuruh untuk memilih: emas atau bumi? Emas tidak berarti jika kita
tidak memiliki bumi.

***

Tidak salah jika disebut bahwa film ini berhadapan langsung dengan kaum
industrialis yang sekarang menguasai Gedung Putih. Akibatnya, mesin-mesin
propaganda mereka bergerak dengan cepat untuk melawan efek dari film ini.

Pada Mei 2006, lembaga ‘non profit’ CEI membuat dua buah iklan televisi yang
menyebutkan bahwa pemanasan global bukanlah masalah. Iklan yang pertama
mengutip sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa “gletser sedang bertambah,
dan bukan sedang mencair”. Beberapa hari kemudian, Curt Davis –peneliti dari
Universitas Missouri-Columbia yang mempublikasikan penelitian tersebut–
merilis pernyataan yang membantah iklan tersebut:

    “These television ads are a deliberate effort to confuse and mislead the
public about the global warming debate,” Davis said. “They are selectively
using only parts of my previous research to support their claims. They are
not telling the entire story to the public.”

Iklan yang kedua mengatakan bahwa “Karbondioksida bukanlah polutan, kita
menghembuskannya dan tanaman menghirupnya. Mereka mengatai ini polusi, kami
mengatai ini kehidupan”, tentunya tanpa memperhatikan bahwa ilmuwan sepakat
bahwa pertambahan konsentrasi karbondioksida di atmosfer akan menambah
temperatur bumi.

CEI adalah lembaga ‘non profit’ yang didanai salah satunya oleh ExxonMobil.

Pada Agustus 2006, seseorang mengunggah (upload) sebuah video ke YouTube.
Video yang berjudul Al Gore’s Penguin Army tidak memiliki tujuan apapun
selain untuk mendiskreditkan Al Gore. Video ini diklaim dibuat oleh seorang
amatir berusia 29 tahun, tetapi Wall Street Journal kemudian menemukan bahwa
‘amatir’ ini berasal dari grup DCI, sebuah firma public relations yang
berhubungan erat dengan Partai Republican dan perusahaan-perusahaan seperti
General Motors dan ExxonMobil.

***

Secara keseluruhan, ‘An Inconvenient Truth’ adalah dokumenter yang sangat
baik sekali. Tidak seperti kebanyakan dokumenter lainnya, film ini
melibatkan emosi dari penonton. Penonton Amerika Serikat yang sudah dicuci
otaknya oleh pernyataan-pernyataan media massa mungkin akan sangat terkejut
melihat kenyataan yang dipresentasikan oleh Al Gore.

Dokumenter ini akan terlihat seperti kampanye kepresidenan bagi lawan
politik Al Gore (atau iklan Apple Mac bagi kompetitor Apple :D ), tetapi isu
yang disajikannya adalah isu nyata yang telah berulang kali diabaikan oleh
lawan-lawan politiknya. Amerika Serikat tidak akan rugi seandainya Al Gore
menjadi presiden Amerika Serikat berikutnya. Untuk ukuran politisi Amerika
Serikat, Al Gore termasuk konservatif dalam politik luar negeri, dan lebih
mementingkan masalah-masalah yang jauh lebih penting seperti pemanasan
global. Sayangnya, Al Gore sudah menyatakan tidak akan ikut pemilihan umum
tahun depan.

Kelemahan film ini juga cukup nyata: film ini sangat terlihat hanya
ditujukan bagi masyarakat Amerika Serikat. Terlalu banyak bahasan yang hanya
cocok jika dipresentasikan ke warga Amerika Serikat. Walaupun demikian,
masih banyak hal lain yang berlaku global yang bisa kita cerna dari film
ini. Bagi yang memiliki kesempatan untuk menonton film dokumenter ini, saya
sangat anjurkan untuk menontonnya.

Tidak ada komentar: