Senin, 18 Mei 2009

[sebelum] saya sakit jiwa lebih baik saya menulis

Sebenernya gak mau juga menyebut “kesialan beruntun”. Jujur saya menghindari menyebut kata SIAL (mangkanya mending saya tulis aja kan, hehe...). SIAL itu kesannya bad luck (lha bukannya emang iya ya??). KESIALAN dalam pandangan saya adalah sesuatu yang diluar kendali kita, tidak kita sukai kejadian/kehadirannya, dan kita menyesali kejadian/kehadiran peristiwa yang kita bilang SIAL itu. Misalnya hari ini. Saya punya satu kemeja favorit yang saya simpan di rumah Jakarta. Rencananya kemeja itu akan saya pakai hari ini karena semalam saya tidak pulang ke Bogor. Bahkan saya sudah menyiapkan jilbab padanan kemeja tersebut. Tapi betapa terkejutnya saya ketika tadi pagi saya tidak menemukan kemeja itu di lemari. Ibu saya lantas bilang bahwa kemeja itu dipakai adik saya kemarin lusa! Wah, langsung naik darah. Sengaja disiapkan kok ya malah disalip, gak bilang-bilang pula, ckckckckkk... (tapi kan kalau dia bilang pada saya, gak mungkin juga dia memakai kemeja itu karena pasti tidak saya izinkan). Saya sempat kesal. Bete berat. Dan itu terlihat jelas dari ekspresi wajah saya. Tapi ya mau gimana lagi? Mau marah sampai banting-banting barang pun tidak akan membuat kemeja itu balik lagi ke lemari dalam hitungan menit kan? Ibu saya menawarkan alternatif kemeja lain. Ya alhamdulillah masih matching lah, tapi tetap saja saya telanjur bete pagi tadi.

Dan ternyata tidak berhenti sampai disitu. Setelah berjalan kaki lumayan jauh dari rumah, saya baru sadar ponsel saya tertinggal! Waduuhhh, padahal hari ini saya harus menghubungi teman saya untuk janjian ketemu. Dia akan menitipkan dokumen untuk teman saya yang lain di Jogja karena minggu depan saya berencana ke Jogja. Makin deh, B-E-T-E. Saya mengategorikan hal tersebut sebagai kejadian diluar kendali karena saya benar-benar lupa, atau setidaknya, merasa sudah membawanya padahal belum. Ah sudahlah, rencananya saya akan kembali ke rumah saat jam makan siang nanti. Sebodo amat deh dibilang kelayapan... Tiba-tiba saya jadi terpikir, kayaknya di Eropa bakalan enak-enak aja deh kalau mesti keluar ruangan saat jam makan siang. Di sana kan panasnya gak nyiksa kayak di Jakarta. Belum lagi kalau harus naik Kopaja yang ugal-ugalannya mengalahkan bom-bom car Dufan, beeuuuuhhh.... Saya suka banget jalan kaki, tapi TIDAK dibawah sinar matahari jam 12 sampai jam 2 siang.

Kejadian-diluar-kendali berikutnya ternyata masih menyusul. MATINYA KONEKSI INTERNET. Aduuuhhh....padahal saya berniat menghubungi ayah saya via YM atau email adik saya, menitipkan pesan pada mereka untuk Ibu saya, bilang bahwa saya akan kembali ke rumah siang nanti. Saya masih belum terlalu bete mengingat saya punya modem eksternal yang bisa disambungkan ke laptop. Tapi apa hasilnya? Setengah jam saya berkutat dengan modem tersebut (sambil membuat tulisan ini) hasilnya NIHIL. Entah apa yang salah dengan instalasinya. Sudah saya coba instalasi ulang, masih gagal. Kalo gak inget ini properti umum, kayaknya laptop ini udah saya lempar ke luar gedung dari tadi.

Lihat kan? Setidaknya ada tiga kejadian-diluar-kendali yang saya alami hari ini. Itu belum termasuk rok sobek dan nyaris ditabrak motor selepas turun dari Kopaja. Rasanya saya pengen pulang ke Bogor aja deh. Detik ini juga. “Kerja” di rumah sambil nangkring di kasur, sambil ngopi. Sebenarnya tidak hanya saat berpakaian tadi (tragedi kemeja favorit). Hal-hal sederhana seperti bangun kesiangan pun bisa membuat saya bete seharian. Tapi toh itu kan kesalahan yang mestinya bisa saya cegah. Tadi pagi memang saya bangun kesiangan. Gara-garanya juga sederhana, tidur terlalu larut. Kenapa bisa begitu? Karena saya ngotot nonton Pirates of the Carribbean sampai selesai. Padahal bisa aja kan saya beli DVD bajakannya di emperan? Dengan kata lain, lagi-lagi hal seperti itu sebenarnya bisa saya antisipasi. Meskipun kalau mau diulik lebih lanjut, saya punya alasan lain yang membuat saya tidur larut. Menunggu. Dan itu rasanya menyebalkan. Memuakkan. Terutama saat akhirnya pekerjaan itu menjadi sia-sia belaka. Yang ditunggu tidak datang. Bahkan sangat mungkin, SENGAJA tidak datang. Ah sudahlah, nambah-nambahin bete saya aja nih.

Sepertinya memang hari ini sedang tidak “bersahabat” dengan saya. Dan memang, suasana hati juga sedang tidak seratus persen baik-baik saja. Jadi bisa saja rasa bete ini juga dipengaruhi oleh suasana hati. Kadang saya berpikir, sebentar lagi saya bener-bener kena penyakit jiwa deh, hehe...

Well, anyway, hidup tidak selamanya berjalan sesuai apa yang kita rencanakan. Bahkan saat kita sudah berdoa sekalipun, belum tentu doa kita akan langsung terkabul saat itu juga. Tapi satu hal yang pasti, baik atau tidak baik yang kita rasakan, suka atau tidak suka, nyaman atau tidak nyaman, semuanya mesti kita percayai sebagai SESUATU YANG TERBAIK BUAT KITA. Paling tidak pemikiran ini bisa mengurangi kekecewaan kita saat hal-hal berjalan tidak sempurna. Dari situ kita “dipaksa” untuk tetap bisa bersyukur meski keadaan sedang sulit, tetap bisa tersenyum meski mulut rasanya pahit. Percikan peristiwa yang gak enak kita anggap sebagai noda, yang dengannya kita belajar. Nah, supaya hati tetap bersih ya kita cuci dengan “deterjen tawakkal”, mudah-mudahan kotorannya segera hilang.

Udah ah, kepanjangan juga ini tulisan. Lumayan agak luruh sudah kekesalan saya hari ini, apalagi setelah melihat “si Ibu” (bukan ibu saya) yang kok tumben kelihatan cantik, hehe... (eh gak usah mikir macem-macem deh ya!).

Have a nice day, everybody ^^

*tambahan: pada akhirnya koneksi internet lancar lagi sehingga saya bisa naik-cetakkan tulisan ini disini. terima kasih sudah meyempatkan membaca ini*

Tidak ada komentar: