Rabu, 28 Januari 2015

tentang perubahan

 

sebenernya hari ini mau nulis tentang ensiklopedi Widya Wiyata Pertama yang saya beli buat Alanna.

tapi mood menulis tentang itu langsung menguap ketika pikiran akan suatu hal tiba-tiba terasa begitu mengganggu.

mungkin saya sudah terlalu gerah, terlalu jengah. merasa perlu melakukan sesuatu, tapi belum apa-apa sudah terbayang betapa besarnya tantangan yang bakal saya hadapi nanti. iya sih itu masih sangat tidak pasti. tapi ternyata hal itu cukup membuat saya terdiam dan berpikir ulang, perlukah saya melakukan hal itu? apa untungnya bagi saya? adakah hal itu akan menambah berat timbangan amal saya atau justru hanya kesia-siaan? apakah sebaiknya saya tidak usah melakukannya?

resiko punya unsur T yang lumayan dominan. kebanyakan mikir.

mungkin seharusnya tidak perlu terburu-buru. tidak harus terlaksana dalam waktu dekat. matangkan dulu konsepnya, susun semuanya dengan rapi, sambil melakukan pendekatan ke banyak orang. dan yang paling penting, jangan gampang pundung. pundung will not lead to anything good. kalo baru segini aja udah pundung, gimana nanti?

mengubah sesuatu yang sudah lama menggurita, tentu akan sangat sulit. tapi apa kita mau terperangkap dalam tradisi yang begitu-begituuuu saja? tradisi yang mulai kehilangan spirit, kehilangan esensi, kehilangan nilai.

dan lalu saya sadar, such question possibly goes back to me. bahkan mungkin akan dilemparkan dengan nada sinis dan menjatuhkan, yaa sedikit lebih parah mungkin dari yang baru saja saya alami. tapi itu haknya manusia sih, mau sinis, mau kasar, mau positif atau negatif, suka-suka yang punya pikiran kan? I certainly can’t control people’s mind, I just can control mine.

kayaknya dulu itu saya pernah diajari oleh seseorang, bila kita ingin mengubah sistem, maka kita harus jadi bagian dalam sistem tersebut. sekarang saya sudah ada di dalam sistem, mestinya saya boleh dong urun rembuk memikirkan perbaikan sistem yang berjalan saat ini?

time-for-change

oh ya, mungkin saya sangat sangat naif. saya akui hal itu meski saya (entah untuk alasan apa) benci banget dibilang naif.

 

 

 sumber gambar: http://motivationandchange.com/cmcs-blog-for-individuals-and-families/

Tidak ada komentar: